Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia disibukkan oleh berita di TV soal KOALISI. Sebagai partai pemenang pemilu legislatif, Partai Demokrat bak sebuah "kembang desa" yang madunya memikat hati para lawan politiknya. tarik ulur soal cawapres pun sekarang menjadi sama menariknya dengan capres.ini yang membuat konstelasi politik semakin panas dan penuh intrik.
Partai lain yang menjadi perhatian menarik adalah Golkar. Partai yang selama ini selalu berada dalam pemerintahan, sekarang dihadapkan pada sebuah situasi yang dilematis. Perang opini dan pendapat dalam tubuh Golkar mengundang perpecahan. Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa belum lama ini Golkar resmi bercerai dengan Demokrat, sekarang Golkar bak janda yang menunggu pinangan duda/perjaka lain. Sikap yang menurut penulis terlalu banyak pertimbangan, sehingga Golkar sepertinya sudah kehilangan jati diri, tujuan, dan visi-misinya sebagai partai besar dan tua di Indonesia. Pemberian mandat pada Jusuf Kalla (JK) sebagai pimpinan untuk membangun Komunikasi Politik pada Rapimnasus lalu juga mengukuhkan JK sebagai Capres dari Golkar. Hanya saja secara elektibilitas, JK masih kalah pamor dibanding Blok S (SBY) dan Blok M (Megawati). Manuver politik bersama PDIP, Hanura, Gerindra setidaknya memberikan posisi tawar yang mau tidak mau harus diambil Golkar jika ingin tetap dipemerintahan.
Berbeda dengan dua partai yang saya sebut diatas, PDIP sebagai partai oposisi yang sudah jauh-jauh hari menentukan sikap partai, dan berpegang teguh pada keputusan kongres yang berlangsung di Solo lalu yang menetapkan Megawati sebagai Capres mereka. Dengan posisi tawar yang kuat memaksa partai lainnya yang ingin berkoalisi sedikit "tunduk" dengan PDIP.
Lalu bagaimana dengan peta politik partai lainnya?. Hehehe...tunggu tulisan saya berikutnya...
Penulis,
Christofel
Mahasiswa Remidial Fisip UAJY
Partai lain yang menjadi perhatian menarik adalah Golkar. Partai yang selama ini selalu berada dalam pemerintahan, sekarang dihadapkan pada sebuah situasi yang dilematis. Perang opini dan pendapat dalam tubuh Golkar mengundang perpecahan. Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa belum lama ini Golkar resmi bercerai dengan Demokrat, sekarang Golkar bak janda yang menunggu pinangan duda/perjaka lain. Sikap yang menurut penulis terlalu banyak pertimbangan, sehingga Golkar sepertinya sudah kehilangan jati diri, tujuan, dan visi-misinya sebagai partai besar dan tua di Indonesia. Pemberian mandat pada Jusuf Kalla (JK) sebagai pimpinan untuk membangun Komunikasi Politik pada Rapimnasus lalu juga mengukuhkan JK sebagai Capres dari Golkar. Hanya saja secara elektibilitas, JK masih kalah pamor dibanding Blok S (SBY) dan Blok M (Megawati). Manuver politik bersama PDIP, Hanura, Gerindra setidaknya memberikan posisi tawar yang mau tidak mau harus diambil Golkar jika ingin tetap dipemerintahan.
Berbeda dengan dua partai yang saya sebut diatas, PDIP sebagai partai oposisi yang sudah jauh-jauh hari menentukan sikap partai, dan berpegang teguh pada keputusan kongres yang berlangsung di Solo lalu yang menetapkan Megawati sebagai Capres mereka. Dengan posisi tawar yang kuat memaksa partai lainnya yang ingin berkoalisi sedikit "tunduk" dengan PDIP.
Lalu bagaimana dengan peta politik partai lainnya?. Hehehe...tunggu tulisan saya berikutnya...
Penulis,
Christofel
Mahasiswa Remidial Fisip UAJY
Luar biasa Seru!!!gak ada yang mau jadi Cawapres. Ada yang berminat?
BalasHapusdisaat semua partai di Indonesia sibuk memikirkan koalisi, di meksiko koalisi antara babi, manusia dan burung telah menghasilkan virus mematikan. kita tunggu saja se-mematikan apakah koalisi yang akan terjadi antar partai2 besar...
BalasHapushmm oges mo nanya nih...partai golput sebagai pemenang pemilu 2009 mengajukan siapa yah sebagai capres?
BalasHapusPDIP MELOLOSKAN SI BROWN DARI JERATAN KAPITA SELEKTA SEMESTER INI hahuahaha
BalasHapus